Dulmuluk

Dulmuluk adalah teater tradisional khas Sumatera Selatan yang terlahir di Kota Palembang. Kata Dulmuluk berasal dari Abdul Muluk, nama seorang tokoh utama yan ada di dalam kisah syair yang berjudul "Kejayaan Kerajaan Melayu" kemudian berganti menjadi "Syair Abdul Muluk" karangan Raja Ali Haji (versi lain menyebutkan Saleha, adik kandung Raja Ali Haji. Pada masa itu, ketika orang Palembang akan menonton pertunjukan yang awalnya pembacaan syair Abdul Muluk, mereka katakan akan menonton "Dul Muluk". Kata "Dul" merupakan kebiasaan orang Palembang memanggil nama "Abdul". Sekitar tahun 1854, seorang pedagang keturunan Arab yang bernama Wan Bakar membawa kita Syair Abdul Muluk dari Singapura ke Palembang. Wan Bakar sering membacakan kitab yang berisi kisah tragedi tersebut di rumahnya sekitar lorong Tangga Takat. Sejak itu, kisah Abdul Muluk dikenal oleh masyarakat Palembang. Pembentukan teater Dumuluk melalui beberapa tahapan. Namun pada intinya telah terjadi perubahan bentuk seni atau bermetamorfosis dari seni sastra menjadi bentuk seni teater. Nama "Abdoel Moeloek" sebagai judul dan nama tokoh utama kitab syair, menjadi "Dul Muluk" sebagai kelompok baca syair dan terakhir berubah menjadi bentuk teater tradisional. Teater Dulmuluk telah utuh menjadi satu bentuk teater tradisional yang memiliki kecirian atau pakem yang khas meskipun identik dengan cerita syair Abdul Muluk. Pada perkembangan berikut, seorang seniman Dulmuluk dari Pemulutan bernama Arjo Kamaluddin membawakan cerita Siti Zubaidah dalam teater Dulmuluk. Cerita ini memiliki kemiripan alur dengan Abdul Muluk. Sejak ini, cerita yang bersumber dari kitab Siti Zubaidah menjadi lazim dibawakan dalam pergelaran teater Dulmuluk, terutama oleh kelompok Dulmuluk di Pemulutan. Meskipun ada juga yang berpendapat, bahwa pertunjukan teater yang menampilkan cerita Siti Zubaidah tetap dikatakan pertunjukan teater Bangsawan, bukan teater Dulmuluk. Pada kenyataannya, Dulmuluk tidak saja diminati oleh masyarakat Palembang, tetapi berkembang juga di beberapa tempat seperti kecamatan Pemulutan, Kabupaten Ogan Ilir, Kabupaten Lahat (Jerai dan Kota Agung), Kabupaten Bangka, Kabupaten Belitung, dan Pangkal Pinang (sekarang wilayah Provinsi Bangka Belitung) dan Kabupaten Muara Enim. Saat ini, Dulmuluk masih bertahan di Palembang dan Pemulutan. Berdasarkan dari proses tersebut, penulisan istilah teater tradisional Sumatera Selatan ini mestilah menjadi "Dulmuluk" (bukan dipisah "Dul Muluk"), sebab, istilah ini sudah merupakan satu istilah bentuk teater, bukan lagi nama tokoh dalam kitab syair. Sumber. Jonhar Saat, Wak Pet, Saidi Kamaluddin