SELENDANG MUZAWAROH SULAMAN KELENGKANG PALEMBANG

Seni hiasan tangan sulaman kain kelengkang dimulai pada awal abad ke - 14 Masehi sewaktu Tanah Melayu terkenal sebagai pusat perdagangan. Pada masa itu tekstil dari India dan China yang berhias sulaman telah mempengaruhi perkembangan sulaman kelengkang di dunia Melayu. Para Pedagang singgah di beberapa pelabuhan di pantai Timur Sumatera seperti Tanjung Balai, Bangka, hingga tembus ke Riau. Tekstil ini dikelompokkan sebagai seni Sriwijaya-Majapahit hingga tersebar di seluruh sisa kerajaan Melayu. Bahan dagangan tekstil ini mengalir ke selatan wilayah Melayu terutama Palembang dan masih digemari hingga hari ini. Di Palembang , ini merupakan seni yang diturunkan oleh golongan wanita kerabat diraja. Terutama di Zaman Kesultanan Muhammad Badaruddin Jaya Wikromo atau Sultan Badaruddin I tahun 1724—1758. Golongan wanita istana dikatakan mulai mempelajari seni sulaman kelengkang sejak mereka kanak-kanak. Ia melambangkan kecantikan sifat seseorang wanita yang menghasilkannya seperti kesabaran, ketelitian, ketekunan dan kreatifitas mereka dalam melakukan suatu kegiatan. Sulaman kelengkang Palembang masih terus dipertahankan dengan pembuatan selendang Muzawaroh sulaman kelengkang Palembang berupa penutup kepala bagi wanita-wanita yang pulang dari menunaikan ibadah haji atau dipakai pada saat akad nikah. Selendang Muzawaroh sulaman kelengkang Palembang berbentuk segi empat dengan ukuran 1,20 CM.