Rupang Buddha Langgam Syailendra
Ini adalah Arca Buddha Sakyamuni dari batu granit yang ditemukan di puncak Bukit Siguntang pada 1920 oleh Controleur Belanda FM. Schnitger dan LC. Westenenk, dalam keadaan tidak utuh dan terbagi menjadi beberapa bagian. Setelah direkonstruksi beberapa fragmen ternyata merupakan arca Buddha berukuran besar. Penemuan rupang Buddha ini menjadi acuan bagi Schnitger dan Westenenk yang juga menjabat Conservator of The Museum at Palembang (Gemeente Museum Palembang) untuk kepurbakalaan Palembang dalam tulisannya 'Boekit Sigoentang en Goenoeng Mahameroe uit de Sedjarah Melayu" tahun 1923. Awalnya kepala arca ini disimpan di Museum Nasional Jakarta, namun kemudian disatukan kembali dengan bagian badannya, sehingga dapat diketahui ukurannya, yakni 277 cm. Sekarang dikembalikan ke Palembang dan tersimpan di Museum Sriwijaya Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya (TPKS), Situs Karanganyar Palembang. Arca Buddha ini bergaya amarawati dengan langgam Syailendra (abad ke-8 sd. 9 masehi) yang bercirikan Maha Purisa (manusia agung). Direfleksikan melalui sikap berdiri diatas padmasana (lapik berbentuk teratai) dengan tangan memberi anugerah, kepala yang berbentuk jatamakuta (rambut ikal ke kanan yang dipilin) sehingga membentuk unhisa (bagian menonjol keatas), mata setengah terbuka, bibir tersenyum, dada bidang, bertelinga panjang dan terdapat urna (tonjolan kecil di kening antara kedua alis). Kurang lebih serupa dengan rupang Buddha yang terdapat di Candi Borobudur hanya saja Buddha Maha Purisa ini dimanifestasikan bersahaja dengan memakai perhiasan jubah (tidak telanjang dada). Photo by : @obeegram #palembang #arca #buddha #waisak #sumateraselatan #museumsriwijaya #tpks #twks #buddha #pesonasriwijaya