Workshop Aksara KaGaNga Komering
Sekitar 42 orang guru pendidikan menengah pertama dan
guru pendidikan dasar mengikuti workshop maupun pelatihan penulisan aksara
tradisional kaganga suku Komering yang digelar Dinas pendidikan dan kebudayaan
OKU Timur melalui bidang Kebudayaan. Sebelumnya, acara tersebut dibuka kepala
dinas pendidikan dan kebudayaan (Kadisdikbud) Wakimin SPD MM yang didampingi oleh
kabid kebudayaan. Acara ini menghadirkan beberapa Narasumber, seperti Drs. Ahmad Rapanie Igama, M.Si dari Palembang, M.Rizky Arjuni, S.Hum dari Baturaja, Hoirudin yang merupakan tokoh adat dari Tanjung
Kukuh, dan perancang website komering.id Adi Setiawan, S.Pd dan Suprapto, S.S., M.M.
Saat mewakili Kepala Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan, Kabid
Kebudayaan M.Ridwan SPD MM menyampaikan bahwa, “Workshop ini sebagai upaya
mempertahankan eksistensi kebudayaan aksara KaGaNga Komering khususnya di
lingkungan pelajar. Acara ini menghadirkan para tenaga guru baik tingkat dasar
hingga menengah pertama. Acara ini berlangsung selama tiga hari yang menghadirkan
para narasumber yang berkompeten menyampaikan materi pengetahuan tentang aksara
KaGaNga," ujarnya. Menurutnya, kedepannya keberadaan Aksara KaGaNga ini akan
dikembangkan di lingkungan sekolah karena berpotensi untuk ikut maju seiring perkembangan
media sosial. Oleh karena itu, dia mengajak masyarakat agar lebih mengenal
kebudayaan kearifan lokal dan tumbuhnya kesadaran masyarakat terhadap
kebudayaan asli daerah. Sedangkan, narasumber pelatihan, Khoirudin yang
merupakan tokoh kebudayaan Komering OKU Timur mengakui bahwa huruf KaGaNga
yang dipelajari selama ini dapat diimplementasikan pada masyarakat dengan diawali
di dunia pendidikan. Namun ia pun berharap Aksara KaGaNga ini kembali dihidupkan
di lingkungan pendidikan dan menjadi pembelajaran di setiap sekolah sehingga
generasi muda bisa mengembangkan dan mengetahui berbagai hal keunikan
kebudayaan yang dimiliki suku Komering.
Sedangkan, Wakil peserta pelatihan Taslim, S.Pd menyampaikan
melalui pelatihan ini para peserta khususnya guru dapat lebih paham dan
mengerti adanya aksara Komering, yaitu KaGaNga. Dia menilai kabupaten OKU Timur
dengan Suku Komering didalamnya memiliki budaya lokal yang perlu diangkat. Oleh
karenanya, sebagai guru mata pelajaran usai pelatihan aksara KaGaNga ini akan
dapat diimbaskan di lingkungan pelajar khususnya didunia pendidikan. Diketahui Aksara
KaGaNga yang mempunyai karakteristik tipografi lancip dengan garis-garis tegas dan
diyakini sudah ada sejak 1.000 tahun lalu dan tersebar di Wilayah Bengkulu,
Lampung, Jambi serta Sumatera Selatan. Aksara Kaganga atau Aksara Ulu merujuk
pada ketiga huruf pertama (Ka-Ga-Nga) yang terdiri dari 19 huruf tunggal, 9
huruf pasangan dan 15 tanda baca. Dalam catatatan Dirjen Kebudayaan Kemendikbud
RI pada 2015, penemuan Aksara Kaganga terungkap melalui terjemahan naskah kuno
bertuliskan KaGaNga asal temuan 'Situs Ulak Lebar', Sumsel. Keberadaan Aksara
Kaganga menunjukkan bahwa tradisi intelektualisme masyarakat Sumsel dahulu
sudah berkembang cukup tinggi terutama di wilayah hulu sungai.
Naskah dari tanjung kukuh yang berumur kurang lebih 80
tahun menjadi ciri khas dan setelah dilakukan diskusi mendalam terbentuklah 19
huruf dan 12 sandangan yang akan dipakai di OKU Timur. “Kami langsung konsultasi dari pembinaan komunitas
pencinta aksara Ulu dan hasilnya sedikit berbeda", ungkap M.Ridwan sebagai Kepala Bidang Kebudayaan. Kesimpulannya KaGaNga mempunyai ciri
khas tersendiri yang berbeda dengan aksara Lampung dan aksara Rejan. Dalam Aksara
KaGaNga Komering tidak ada aksara angka, namun beberapa naskah Komering ditulis
dengan arab Pegon. Salah satunya dilihat pada stempel di BP Bangsa Raja dan
beberapa naskah dari tanjung kukuh sehingga disimpulkan aksara angka Komering
menggunakan arab Pegon.